A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
a. Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak. (Suriani, 2006)
b. Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006)
c. Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan kadang non infeksi
2. Penyebab
a. Virus pernapasan yang paling sering lazim yaitu micoplasma pneumonia yang terjadi pada usia beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih tua.
b. Bakteri Streptococcus pneumoniae, S.pyogenes, dan Staphylococcus aureus yang lazim terjadi pada anak normal.
c. Haemophilus influenzae tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda, dan kondisi akan jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efek rutin.
d. Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan, parainfluenzae, influenzae dan adenovirus
e. Virus non respirasik, bakteri enterik gram negatif, mikobakteria, coxiella, pneumocytis carinii dan sejumlah jamur.
f. Aspirasi makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
3. Cara Penularan
Pneumonia ditularkan melalui percikan air ludah. Air ludah bisa berasal dari anak atau orang dewasa sehat yang membawa organisme penyebab pneumonia itu dalam saluran pernafasan mereka. Bisa juga tertular dari lendir hidung atau tenggorokan orang yang sedang sakit. Penular biasanya lebih sering dari dari orang serumah, teman sepermainan, atau teman di sekolah. Faktor risiko penularan makin besar ketika bayi atau balita menderita kekurangan gizi dan tidak mendapatkan ASI. Disamping itu tidak mendapatkan imunisasi, kurang vitamin A, bayi terpapar asap rokok, asap dapur dan polusi lingkungan juga meningkatkan faktor risiko menderita pneumonia.
Bayi dan balita bisa dilindungi dari pneumonia lewat imunisasi DPT, campak dan pneumokokus.
4. Klasifikasi
a. Pneumonia digolongkan berdasarkan anatomi:
1) pneumonia lobaris
2) pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
3) pneumonia interstitialis (bronkiolitis).
b. Pneumonia infeksius berdasarkan etiologi:
1) Bakteria : Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus hemolyticus, Streptococcus aureus. Hemophilus influenzae, Bacillus Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
2) Virus: Respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus, virus sitomegalik.
3) Mycoplasma pneumoniae
4) Jamur : Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Blastomyces dermatitides, Coccidioides immitis, Aspergillus species, Candida albicans.
5) Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
6) Pneumonia hipostatik.
7) Sindrom Loeffler
5. Manisfestasi Klinik
a. Demam
b. Batuk
c. Rales (ronki)
d. Wheezing
e. Sakit kepala
f. Malaise
g. Nyeri abdomen
6. Penatalaksanaan Medis & Keperawatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
a. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
b. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
c. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
d. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
e. Kebersihan pulmonari yang baik seperti: napas dalam, batuk, terpi fisik dada
7. g. Patotogis Pohon patologis
Virus Bakteri
(Hemophilus Influen) (Streptococcus pneumoniae)
Inflamasi yang mengenai
pada multipel lobus
Distruksi sel ke dalam lumen
Gangguan fungsi alveolar
& jalan napas
Pneumonia
Aspirasi S.Pneumonia
Pelepasan endotoksin bakterial
Respon inflamasi yaitu
akumulasi eksudat fibrinus
|
Hepatisasi merah dan
konsolidasi perenkim paru
Inflamasi leukosit
Hepatisasi abu-abu & deposisi fibrin
Pada permukaan pleura
Resolusi infeksi
|
Perubahan suhu panas
8. Mekanisme penyakit
a. Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme patogen yaitu virus dan staphylococcus aurens, H. Influenzue dan strepococcus pneumonae bakteri.
b. Terdapat infiltrasi yang biasanya mengenai pada multipel lobus. Terjadinya distruksi sel dengan menanggalkan debris cellular ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.
c. Pada anak kondisi ini dapat akut dan kronik misalnya: AIDS, Cystic Fibrosis, Aspirasi benda asing dan conginetal yang dapat meningkatkan risiko pneumonia
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Fokus Pengkajian
1) Respirasi
· Peningkatan kecepatan respirasi
· Retraksi
· Nyeri dada
· Penurunan suara napas
· Pelebaran nasal
· Sianosis
· Batuk produktif
· Ronchi
2) Kardiovaskuler
· Takikardi
3) Neurologi
· Sakit kepala
· Iritabilitas
· Kesulitan tidur
4) Gastri intestinal
· Penurunan nafsu makan
· Nyeri abdomen
5) Muskuloskeletal
· Kegelisahan
· Fetigue
6) Integumen
· Perubahan temperatur tubuh
· Sianosis sirkumoral
b. Dokumentasi keperawatan
1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi eksudat dan peningkatan produksi mukus.
2) Hipertermia berhubungan dengan infeksi.
3) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui hipertermia atau hiperpnea.
4) Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi.
5) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme.
2. Perencanaan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi eksudat dan peningkatan produksi mukus.
Tujuan: Pertukaran gas dapat diperbaiki
KH : - Respirasi anak mudah dan kecepatan respirasi dalam batas
normal
- Warna kulit tampak merah muda
- Gelisah menurun
Intervensi | Rasional |
a. Kaji status pernapasan anak terhadap adanya dyspnea, takipnea, wheezing, krekel, ronchi, dan sianosis. b. Berikan anak istirahat yang cukup. c. Berikan lingkungan yang dingin dan lembab pada bagian facemask, pemberian oksigen maupun dengan tanda oksigen. d. Atur posisi anak setiap 1-2 jam. e. Biarkan anak beransumsi untuk merasakan posisi yang nyaman baginya. f. Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam sesuai order. g. Anjurkan pemberian intake cairan oral, jika tidak ada kontraindikasi. h. Anjurkan anak untuk batuk, latihan napas dalam setiap 2 jam. i. Kolaborasi: Berikan oksigen melalui masker, kanul, maupun tenda oksigen sesuai order. | a. Tanda-tanda adanya dyspnea, takipnea, wheezing, krekel, ronchi, dan sianosis menunjukan pengobatan yang tidak efektif dan kondisi anak mungkin buruk. b. Periode istirahat yang cukup menghemat energi yang butuh untuk penyembuhan infeksi. c. Dingin dan lembab dapat melembabkan jalan napas dan membantu mengurangi sekresi dan edema bronkhial. d. Posisi yang diubah membantu mobilisasi sekresi. e. Anak berasumsi merasakan posisi yang nyaman seperti semi fowler membuat anak bernapas lebih mudah. f. fisioterapi dada termasuk perkusi manual, vibrasi, dan tekanan dad, batuk, kekuatan ekspirasi, dan latihan napas dalam untuk membersihkan mukus dari jalan napas serta meningkatkan pengembangan paru kembali. g. Pemberian cairan dapat mengencerkan sekresi. h. Batuk merupakan mekanisme pembersihan jalan napas alami, dan membantu silia mempertahankan kepatenan jalan napas. i. Oksigen membantu menurunkan kegelisahan yang berhubungan dengan distres pernapasan dan hipoksemia. |
2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi.
Tujuan : Temperatur tubuh anak kembali normal.
KH : Temperatur tubuh anak kurang dari 37,80C
Intervensi | Rasional |
a. Monitor temperatur tubuh anak setiap 1-2 jam terhadap perubahan temperatur tubuh yang tiba-tiba. b. Pelihara lingkungan yang dingin. c. Kolaborasi : Berikan antipiretik golongan acetaminofen atau ibuprofen, bukan aspirin sesuai order. d. Berikan antimikrobial sesuai order. e. Ambil sampel sepsimen sputum untuk pemeriksaan kultur. | a. Perubahan temperatur yang tiba-tiba mungkin menyebabkan kejang. b. Lingkungan yang dingin membantu mengurangi temperatur melalui kehilangan panas. c. Antiseptik biasanya mengurangi demam dengan efektif dengan mengembalikan set point menjadi normal. d. Antimikrobial menyerang organisme penyebab. e. Sampel sepsimen sputum membantu mengidentifikasi agen penyebab |
3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui hipertermia atau hiperpnea.
Tujuan : Kekurangan volume anak tidak terjadi pada anak.
KH : - Output urin 1-2 ml/kg/jam.
- Turgor kulit baik.
- Waktu pengisian kapiler 3-5 detik.
Intervensi | Rasional |
a. Kaji anak untuk peningkatan kecepatan respirasi dan demam setiap 1-2 jam. b. Monitor intake dan out put cairan anak dengan teliti. c. Kji anak terhadap tanda-tanda dehidrasi pada anak, termasuk turgor kulit jelek, membran mukosa kering, fontanel cekung, dan mata cekung. d. Anjurkan intake cairan oral yang tepat jika tidak ada kontra indikasi. b. e. Kolaborasi: Berikan cairan inta vena sesuai order. | a. Peningkatan kecepatan respirasi dan temperatur tubuh terjadi karena adanya peningkatan kehilangan cairan. b. Teliti monitoring meneteksi penurunan output urine yang mungkin mengindikasikan dehidrasi. c. Tanda-tanda seperti ini mengindikasikan perlunya peningkatan intake cairan. d. Peningkatan intake cairan membantu mencegah dehidrasi dan pengenceran sekret. e. Cairan intra vena perlu untuk menjaga hidrasi anak yang adekuat. |
4. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi.
Tujuan : Jalan napas kembali efektif.
KH : - Pernapasan dan denyut jantung sesuai usia.
- Anak dapat bernapas dengan mudah.
Intervensi | Rasional |
a. Memonitor setatus pernapasan anak dan tanda-tanda vital secara terus menerus hingga jalan napas paten. Tempatkan alat intubasi emergensi disebelah tempat tidur. b. Askultasi bunyi paru-paru anak untuk tanda-tanda peningkatan pembengkakan jalan napas dan obstruksi lanjut termasuk dyspnea, takipnea, dan wheezing. c. Biarkan anak mengasumsikan posisi yang nyaman kecuali psisis horizontal. d. Hindari rangsangan pada jalan napas dengan depresor lidah, kultur asupan, kateter suction, atau laringoskopi. | a. Monitoring yang terus menerus adalah mondatori sebab peningkatan edema dapat menyebabkan obstruksi lengkap pada beberapa waktu memerlukan intubasi emergensi. b. Keluhan segera terhadap tanda-tanda ini penting karena peningkatan bengkak dengan cepat dapat menjadi fatal. c. Posisi horizontal mungkin menyebabkan jaringan pada jalan napas menjadi buruk yang mungkin mengarah ke obstruksi. d. Beberapa manipulasi jaringan jalan napas mungkin menyebabkan spasme laring dan pembengkakan yang mungkin mengarah pada pembengkakan lengkap. |
5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme.
Tujuan : Status nutrisi anak adekuat.
KH : - Anak mengkonsumsi makanan setidaknya habis
80% sekali makan
- Berat badan dapat dipertahankan atau ditingkatkan
Intervensi | Rasional |
a. Berikan makanan sedikit, dan frekuensi makan yang sering, dan makanan ayang disukai anak. b. Berikan makanan pada anak dengan tinggi protein, diet tinggi kalori. c. Berikan susu formula pada anak yang tepat. b. Lakukan penilaian pada status nutrisi anak seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, konjungtiva, indeks massa tubuh, laboratorium darah. | a. Makan sedikit, dan frekuensi makan yang sering menurunkan usaha respirasi. Pemberian makanan yang disukai anak membantu anak. b. Anak memerlukan diet protein dan kalori untuk meningkatkan kebutuhan energi. c. Pemberian susu formula yang tidak tepat dapat menebalkan sekresi. d. Status nutrisi ditentukan dari pemeriksaan fisik dan laboratorium darah sehingga kebutuhan kalori dapat ditentukan dan mengevaluasi keadekuatan rencana pemenuhan nutrisi. |
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: TIM
Dahlan, zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai pemerbit FKUI.
Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.